Hutan dan gunung adalah wilayah berkeliarannya
binatang-binatang buas pemangsa yang setiap detik siap memangsa manusia yang
memasuki wilayahnya. Tumbuh-tumbuhan yang lebat saling berbelit dan rimbunnya
dedaunan akan menghambat sinar matahari dan menimbulkan kegelapan yang segera
akan menyesatkan arah perjalanan kita. Legenda tentang batang kayu besar yang
tumbang serta dipenuhi lumut dan ketika seseorang menancapkan lumut atasnya
segera menyemburlah darah. Dan batang kayu itu menggeliat; ternyata batang kayu
itu adalah tubuh seekor ular yang sangat besar yang segera akan marah dan
menelan manusia yang menyakitinya. Bayang-bayangan sejenis itu adalah wajar
dimiliki oleh seorang awam. Sebagian ada benarnya tapi sebagian lagi adalah
hal-hal yang sangat dilebih-lebihkan.
Tetapi bagi orang yang telah berpuluh-puluh kali mengalami perjalanan di hutan
dan gunung ternyata sebagian besar, belum pernah bertemu dengan binatang buas
seperti yang ditakutkan (walau mungkin sesungguhnya salah seorang dari mereka
pernah bertemu, tetapi binatangnya buas itu segera menghindar karena mendengar suara
manusia sehingga tak terlihat). Pengalaman2 yang lebih pasti dialaminya adalah
mereka pasti selalu bertemu dengan nyamuk-nyamuk yang berusaha menghisap
darahnya. Seandainya salah seekor nyamuk yang menggigitnya berpotensi
menularkan malaria, demam berdarah ataupun penyakit kaki gajah, tentu saja hal
ini sudah merupakan potensi bahaya yang dapat berakibat sama fatalnya dengan
serangan binatang buas. Hujan, angin, dan udara dingin adalah contoh lain dari
hambatan-hambatan yang paling sering ditemui, dimana bila menjadi extreme dapat
menjadi bahaya atau potensi bahaya yang tidak kalah fatalnya. Banyak lagi
hal-hal lain yang karena mungkin belum pernah dialami atau terlihat dapat
menjadi potensi bahaya, menjadi terabaikan. Atau mungkin juga sesuatau hal yang
dilingkungan kehidupan normal dapat dianggap hal yang biasa terjadi dikarenakan
fasilitas-fasilitas pendukung yang kurang memadai, tidak disadrai dapat merupakan
bahaya atau berpotensi menjadi bahaya fatal dalam perjalanan di hutan dan
gunung, misalnya luka-luka kecil yang bisa terkena infeksi bila tidak terawat
dengan baik.
Tentu saja membahas bentuk-bentuk bahaya yang mungkin dihadapi di hutan dan
gunung dengan cara diatas akan menjadi bertele-tele, berbelit dan sangat tidak
sistematis. Untuk itu marilah kita mencoba membahas secara lebih sistematis
bahaya-bahaya yang mungjkin kita hadapi di hutan dan gunung.
Pengelompokan Bahaya di Hutan dan Gunung
Bila kita kelompokan bahaya di hutan dan gunung dapat kita simpulkan sebagai
berikut :
1. Bahaya Obyektif : Segala bentuk bahaya atau potensi bahaya yang ditimbulkan
oleh objek hutan dan gunung itu sendiri dan segala sesuatu yang berada
dilingkungannya
2. Bahaya Subyektif : Segala bentuk bahaya dan atau potensi bahaya yang diawali
atau ditimbulkan oleh pelaku dalam segala bentuk perilaku, tindakan dan
pengambilan keputusan baik sebelum ataupun saat ia berkegiatan di hutan dan
gunung.
3. Nasib Buruk dan Nasib Baik : segala bentuk bahaya dan atau potensi bahaya
yang pada dasarnya diluar perhitungan ataupun pertimbangan pelakunya, dan
bersifat sama sekali tidak terduga. Umumnya sangat jarang terjadi. Nasib Buruk
akan langsung dirasakan oleh pelaku sebagai potensi bahaya ataupun bahaya.
Nasib Baik bila tidak secara bijak diterima sebagai bentuk pengalaman tentang
keberuntungan, dapat menjadi sebentuk sikap berfikir yang dapat menjadi potensi
dan atau bahaya disaat mendatang.
Kelompok-kelompok Bahaya di Hutan dan Gunung.
1. Bahaya Objectif
a) Kondisi Bentuk Permukaan Bumi (Terrain)
Apakah Terrain
berpemukaan datar, curam, patahan-patahan, tonjolan-tonjolan dan gabungan dari
beberapa bentuk. Masing-massing memiliki bahaya sendiri-sendiri. Apakah kondisi
permukaan itu terbentuk oleh tanah padat, gembur, berair, becek, rawa, sungai,
pasir, kerikil bulat, krikil tajam, batuan lepas, batuan padat dan seterusnya.
Masing- masing juga memiliki sifat-sifat tersendiri yang tentunya memeiliki
potensi-potensi bahaya.
b) Bentuk-bentuk Kehidupan (living Form);
• Kehidupan Binatang: Mulai kehidupan Micro organisme yang
sederhana hingga binatang-binatang besar dapat menjadi potensi bahaya. Secara
umum potensi itu adalah :
- Dapat menimbulkan penyakit.
- Dapat menularkan penyakit.
- Beracun bila menyengat, bersentuhan atau menggigit.
- Beracun bila dimakan.
- Karena ukurannya besar dapat berbahaya bila menyerang.
- Binatang besar pemangsa.
- Minimbulkan/mengeluarkan zat-zat kimia yang membuat sangat tidak nyaman.
• Tumbuh-tumbuhan
Potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh tumbuhan adalah :
- Kerapatan tumbuhan dapat menghambat dan mencederai kita dalam pergerakan.
- Kerapatan tumbuhan dapat menghambat jarak dan keleluasaan pandangan
(visibility) sehingga menyulitkan orientasi.
- Mempunyai duri-duri atau getah beracun yang dapat mencederai kita.
- Mengandung racun bila dimakan.
Tetapi harus dicatat, dalam situasi survival ada tidaknya binatang dan tumbuhan
yang dapat kita manfaatkan juga merupakan problem bagi kita untuk sumber
makanan, shelter, bahan bakar, perlengkapan pengganti dll.
c) Iklim dan Cuaca
Iklim yang merupakan gambaran umum musim-musim yang terjadi disuatu daerah
tertentu dalam periode waktu satu tahun mungkin lebih mudah diperkirakan.
Tetapi cuaca yang berkaitan dengan temperatur, kelembaban dan pergerakan
udara akan lebih sulit diperkirakan. Ketiga hal itu sangat berkaitan dengan
kemampuan tubuh kita yang mempunyai keterbatasan untuk dapat berfungsi normal.
Hal-hal yang dapat menjadi potensi bahaya dari kondisi cuaca adalah :
• Temprertur Tinggi, yang berkaitan dengan terik matahari dapat menyebabkan
Heatstroke dan Sunstroke.
• Temperature rendah, basah, angin, dan kombinasinya dapat menyebabkan
Hypotermia.
• Basah terus-menerus dapat menyebabkan bagian telapak kaki mengalami Water
immersion foot (seperti kena kutu air). dan kram. Akan mudah lecet dan peluang terinfeksi
menjadi lebih besar.
• Potensi-potensi bahaya lain yang diakibatkan oleh cuaca misal: angin yang
sangat besar dapat mematahkan batang2 pohon besar yang bisa mencederai kita,
curah hujan yang tinggi dapat menghambat pergerakan dan jarak pandang. Curah
hujan yang sangat extreme mempunyai potensi bahaya tersendiri. Demikian juga
kekeringan yang extreme
d) Ketinggian
Tinggi rendahnya suatu tempat dari atas permukaan laut, akan berkaitan dengan
besarnya tekanan udara di tempat itu. Disekitar ketinggian sejajar dengan
permukaan laut tekanan udara besarnya kurang lebih 1 Atmosfir (atm), pada 500
Meter Diatas Permukaan Laut (mdpl) tekanan udaranya hanya kurang lebih 50%nya.
Besarnya tekanan disebabkan massa
udara yang lebih besar. Dengan kata lain materi yang membentuk udara lebih
banyak. Makin kecil tekanannya, makin sedikit materi yang membentuknya. Oksigen
yang kita butuhkan ada kurang lebih 20% dari materi yang membentuk udara.
Dengan demikian makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut makin sedikit
jumlah oksigen dari setiap liter yang terhisap paru-paru kita. Tubuh kita
membutuhkan waktu untuk beraklimatisasi dengan kondisi ini. Kurangnya waktu
aklimatisasi dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan tubuh kita, yaitu apa
yang disebut Mountain Sickness, yang bila berlanjut dari kondisi Hypoxia dapat
berkembang menjadi Pulmonaryedema dan atau Cerebraledema. Bahkan diatas
ketinggian yang berkisar mulai diatas 5000 mdpl, tubuh kita tidak mampu
beraklimatisasi secara permanaen. Hanya dalam batasan waktu tertentu tubuh kita
dapat bertahan. Daerah diatas ketinggian itu sering juga disebut "Death
Zone" dimana tidak ada makhluk hidup yang dapat beraklimatisasi permanent
disana.
e) Besaran Jarak dan Waktu
Besarnya jarak biasanya berkaitan dengan lamanya waktu tempuh, walau tingkat
kesulitan medan
(berkaitan dengan kondisi Terrain, Living Form, Iklim dan cuaca, ketinggian)
ikut berpengaruh. Secara sederhana dapat dilihat bahwa makin besar jarak dan
waktu makin rumit rencana perjalan yang harus kita buat. Banyak masalah-
masalah yang harus kita pertimbangkan seperti misalnya, masalah perbekalan,
navigasi, kesehatan, shelter, peralatan, tekanan- tekanan/stress (fisik dan
psikis) yang mungkin dialami dst. Makin rumit rencana perjalanan yang harus
kita pertimbangkan, ada kemungkinan makin besar faktor-faktor kesalahan yang
terjadi. Faktor- faktor kesalahan yang ini dapat berkembang pada pelaksanaanya
menjadi potensi bahaya.
f) Kondisi Akibat/Pengaruh
Yang dimaksud dengan kondisi akibat atau pengaruh adalah suatu kondisi yang
pada umumnya/biasanya tidak merupakan potensi bahaya, tetapi akibat pengaruh
tertentu menjadikannya sebagai potensi atau bahaya. Beberapa contoh misalnya :
- Adanya bangkai binatang besar diatas aliran sungai yang sangat jernih dihutan
atau digunung yang kita gunakan sebagai sumber air.
- Adanya ganggang beracun pada genangan air tetentu yang kita anggap sebagai
sumber air yang baik.
- Munculnya gas beracun di wilayah gunung berapi dimana biasanya wilayah
tersebut aman. Hal ini mungkin akibat aktivitas gunung berapi beraktivitas
diluar normalnya.
- Jenis-jenis ikan tertentu yang biasanya tidak beracun menjadi ikan beracun
bila dikonsumsi akibat adanya kandungan mineral tertentu atau micro organisme
tertentu diperairan habitatnya.
- Dan contoh lainnya.
g) Kondisi Sosial Budaya
"Lain padang
lain belalangnya, lain lubuk lain pula ikannya", demikian kata peribahasa.
Setiap daerah memang memiliki adat-istiadat tersendiri. Kesalahan kita dalam
menghargai adat istiadat setempat dapat menimbulkan kesalahpahaman. Rasa tidak
suka, penolakan terhadap kehadiran kita akan menimbulkan ketidaknyamanan dan
atau rasa tidak aman pada diri kita. Hal ini bila berlanjut dapat menjadi
potensi bahaya yang tidak jarang pula menjadi bahaya. Tidak jarang pula
masyarakat pedalaman yang akan merasa tidak aman bila wilayahnya dimasuki orang
asing. Bagi kita sikap mereka sering kita anggap agresif, yang sesungguhnya itu
adalah manifestasi dari rasa tidak aman itu. Pendekatan yang cermat perlu kita
lakukan agar situasi itu tidak menjadi potensi bahaya.
2. Bahaya Subjektif
a. Kondisi Kebugaran (fitness)
Subject : Berkegiatan di alam terbuka dalam tingkatan tertentu menuntut
kebugaran tubuh pelakunya. Tidak saja sistem peredaran darahnya (cardios
culary), metabolisme tubuh, kekuatan otot-ototnya, tetapi juga daya pertahanan
tubuhnya terhadap perubahan-perubahan cuaca (berkaitan dengan temperatur,
kebasahan angin). Sering juga berkegiatan di gunung dan hutan mengharuskan kita
melakukan irama dan siklus kehidupan yang tidak teratur. Atau setidaknya tidak sebagaimana
pada mestinya dikehidupan kita sehari-hari. Situasi dan kondisi ini dapat menjadi potensi
bahaya apabila kebugaran tubuh pelaku tidak dapat memenuhi sebagaimana yang
dituntut kegiatan itu.
b. Kondisi Kemampuan Teknis (Technical Skills)
Subyek : Sebentuk pengetahuan dan keterampilan teknis tentu saja dituntut
dalam berkegiatan di gunung dan hutan. Keterampilan untuk dapat bergerak dengan
efisien serta efektif, mengontrol keseimbangan dan irama gerak tubuh serta
beristirahat secara efektif tapi efisien. Hal ini juga harus ditunjang dengan
pengetahuan apa saja, peralatan pembantu yang dibutuhkan secara tepat, serta
penggunaanya secara benar untuk membantunya bergerak atau beristirahat.
Pengetahuan dan keterampilan menjaga kesehatan, kebugaran tubuh dan bagaimana cara
mengatasinya. Tidak mendukungnya kemampuan teknis
pelaku, akan menjadi sebentuk potensi bahaya.
c. Kondisi Kemampuan Kemanusiaan (Human Skills)
kondisi kemampuan kemanusiaan juga dituntut dalam berkegiatan di alam
bebas. Apa yang sering kita dengar sebagai mental yang kuat dan emosi yang
stabil itu yang dituntut. Tetapi uraian dari mental yang kuat itu sendiri
jarang kita dengar. Pengertian mental itu sendiri adalah bagaimana "sikap
berfikir kita dalam mengontrol aksi gerak tubuh/tindakan kita". Dengan
kata lain bagaimana kita terhadap sebentuk situasi dan kondisi Menilai,
Menganalisa, Merasionalisasikannya, Mengambil/Menentukan keputusan, serta
Melaksanakan keputusan itu. Hal-hal diatas tentu saja menuntut bentuk
perilaku positif manusia. Seperti : Leadership, Judgement, Determination,
Integrity, Patience/Kecermatan, dan seterusnya untuk dapat melaksanakannya
dengan baik. Emosi adalah sebentuk reaksi perasaan yang timbul bila menghadapi
situasi dan kondisi tertentu. Dapat dianggap sebagai suatu kewajaran, tetapi
tidak jarang sesungguhnya tidak bersifat rasional. Rasa Takut, Kesal, Kesepian,
Patah Semangat, Frustasi, adalah contoh-contoh yang dapat berkembang menjadi
potensi bahaya.
d. Kondisi Kemampuan Pemahaman Lingkungan (Enviromental
Skills)
Pemahaman akan segala bentuk sifat dan karakter dari lingkungan gunung dan
hutan dituntut bagi pelaku yang berkegiatan disana. Segala sifat dan karakter
lingkungan yang dapat menjadi potensi bahaya harus bisa dinilainya tetapi
sifat dan karakter yang dapat dimanfaatkan harus pula dapat dipahaminya. Sifat
dan karakter lingkungan itu bukan dianggap sebagai musuh, tetapi bagaimana ia
harus mampu bernegosiasi dengan segala kemampuan yang dimiliknya. Ketidakmampuan
memahami segala karakter dan sifat lingkungan dimana ia berkegiatan akan dapat
menimbulkan potensi bahaya.
3. Nasib Buruk dan Baik
Hal utama dari sikap pendekatan kita terhadap nasib baik dan buruk mungkin yang
terbaik adalah sebagai berikut: Adanya nasib buruk adalah sesuatu yang tak
dapat dihindari. Apabila terjadi pada kita, terimalah sebagai suatu realita
bukan dengan reaksi emosi yang negatif seperti : Kesal, Menyesali, Marah dst.
Hal terpenting yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita dapat mengatasinya
dengan bijak dan tepat. Mendapatkan nasib baik harus kita sadari hanya
benar-benar sebuah keberuntungan. Hal ini jangan kita jadikan sandaran untuk
tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan selanjutnya. Tidak rela menerima
adanya nasib buruk dan tidak menyadari itu hanyalah sebuah keberuntungan, akan
menjadi suatu potensi bahaya bagi kita.